Sabtu, 25 Oktober 2014

Keledai Menyanyi

Disinari sinar matahari pagi, rumput berbalut embun pagi bersinar seperti kilauan kaca. Lagi dan lagi keledai menggosok hidungnya di atasnya. Butiran air menggantung sebentar di hidung hitamnya yang besar dan kemudian menggelinding jatuh seperti kelereng. Badannya kurus, bahkan tulang-tulang iganya tampak menonjol keluar di sisi tubuhnya. Kakinya gemetaran hampir-hampir tidak bisa menyangga tubuhnya. Beberapa kali ia doyong hampir jatuh terlentang.
Pada kondisi inilah Pak Tani menemukannya, dan ia masih menjilat-jilat embun di rerumputan. Jelas sekali keledai ini pasti sakit atau kelaparan. Tetapi ia tidak mau makan tunas rumput yang lunak kesukaannya.
"Semua ini karena musik," kata keledai itu dengan sedih ketika Pak Tani menanyakan kenapa ia merana. "Semua ini untuk musik!"
"Musik?!" Pak Tani berseru keheranan. "Apa hubungannya musik dengan ini?"
"Yah, kamu tahu," jawab keledai. "Aku dengar si jangkrik bisa menyanyi dengan indah sehingga aku ingin bisa bernyanyi seindah mereka. Aku pikir sangat luar biasa jika aku bisa menghibur banyak penonton. Ketika aku tanya bagaimana bisa mereka melakukannya, jawabnya mereka hanya hidup dengan minum embun di rerumputan. Aku sudah tidak makan apa-apa sejak minggu lalu kecuali air embun. Aku sudah mau mati kelaparan. Tapi tetap saja aku hanya bisa meringkik!"
"Dasar kamu bodoh, keledai bodoh!" Pak Tani tertawa. Ia lalu membawakan keledai itu sekumpulan tunas tanaman, lalu berkata, "Kamu pikir jika saya hanya makan rumput lalu saya nantinya bisa meringkik?"    

Pemburu dan Penebang Kayu

Alkisah, ada seorang pemburu yang tinggal di sebuah desa kecil. Walaupun ia seorang pemburu, sayangnya ia tidak begitu pemberani.
Akhir-akhir ini seekor singa sering datang memangsa ternak milik para penduduk. Ia sudah menelan domba, biri-biri, kambing, kuda, sapi, dan banteng. Para penduduk lalu meminta pemburu itu untuk menangkap binatang ganas itu segera.

Pemburu itu berkemas dengan malas. Ia membawa senjatanya pergi ke dalam hutan. Tak berapa lama, ia bertemu dengan seorang penebang kayu. Penebang itu sedang mengayunkan kapaknya ke sebuah pohon besar.    
"Hai penebang kayu!" pemburu itu menyapa dengan gagah. "Apakah kamu melihat jejak singa di sekitar sini?"
"Tak hanya jejaknya, atau bahkan sarangnya. Aku akan membawa singa itu kepadamu sekarang!" jawab penebang kayu.
Seketika wajah pemburu itu menjadi pucat seputih kapas. Sambil menggigil ketakutan, ia menjawab, "Tidak usah! Terimakasih! Bukan singa yang aku cari. Aku hanya mencari jejaknya saja!" 

Orang Tamak dan Orang Dengki

Dua orang hidup bertetangga. Mereka masing-masing memiliki sifat buruk. Yang satu orangnya tamak. Ia tidak pernah puas dengan apa yang ia peroleh. Yang satu lagi orangnya pendengki. Ia tidak pernah suka jika tetangganya memperoleh kebahagiaan.
Dalam ketamakannya, si tamak berdoa agar semua keinginannya selalu dikabulkan. Dan karena kedengkiannya, si dengki berharap agar apa pun yang didapat si tamak, ia ingin mendapatkan dua kali lebih banyak.
Suatu saat si tamak berdoa mengharapkan sebuah kamar penuh terisi emas, dan doanya terkabul. Demikian juga doa si dengki turut dikabulkan, ia mendapatkan dua buah kamar yang penuh terisi emas. Dua kali lebih banyak daripada si tamak.
Kebahagiaan si tamak tidak berlangsung lama, begitu ia tahu, tetangganya yang pendengki mendapatkan harta dua kali lebih banyak. Tak tahan melihatnya, tak sengaja ia berucap, "Butakan saja sebelah mataku sehingga aku tidak perlu melihat tetanggaku memilikinya!"
Dan doanya terkabul. Demikian juga doa tetangganya yang pendengki. Ia mendapatkan dua kali lebih banyak. Sekarang kedua matanya tidak dapat melihat.  

Asal Mula Rumah Siput

Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.

Asal Usul Danau Toba

mht4F6(1)Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. “Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar,” gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya. Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
mht4F9(1)Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. “Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku.” Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. “Bermimpikah aku?,” gumam petani.
“Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata,” kata gadis itu. “Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu,” kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
mht4FC(1)Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. “Dia mungkin bidadari yang turun dari langit,” gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. “Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! ” kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. “Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!” kata Petani kepada istrinya. “Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik,” puji Puteri kepada suaminya.
mht4FF(1)Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. “Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !,” umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
Setelah petani mengucapkan kata-katanya, seketika itu juga anak dan istrinya hilang lenyap. Tanpa bekas dan jejak. Dari bekas injakan kakinya, tiba-tiba menyemburlah air yang sangat deras dan semakin deras. Desa Petani dan desa sekitarnya terendam semua. Air meluap sangat tinggi dan luas sehingga membentuk sebuah telaga. Dan akhirnya membentuk sebuah danau. Danau itu akhirnya dikenal dengan nama Danau Toba. Sedangkan pulau kecil di tengahnya dikenal dengan nama Pulau Samosir.

Moral : Jadilah seorang yang sabar dan bisa mengendalikan emosi. Dan juga, jangan melanggar janji yang telah kita buat atau ucapkan

Hapus Air Matamu

Pengarang: Kahlil Gibran

Kategori: Kahlil Gibran, Jatuh Cinta

Hapus air matamu
Aku tak ingin kau menangis lagi sayang
Yakin kan hati
Diriku tak akan memilih meninggalkanmu

Sekian waktu bersama
Tak bisa menepis kenyataan
Kita berbeda jalani keyakinan
Tapi kau yang kuinginkan dari segalanya

Setiap rinduku hanya memanggilmu
Ku yakin kaupun mengerti
Ku tak ingin menanggalkan hati
Yang telah satu untuk dirimu

Sayangku dengarkan aku
Takmungkin ku melepasmu
Kan kupertahankan Kau cinta aku
Dan semua air matamu kan berarti dihidupku

Bawalah cintaku bersamamu
Karena ku tetap miliku selamanya
Dan menikahlah denganku
Bahagialah sampai batas waktu tak terhenti
Ku hanya ingin kau jadi istriku
untukmu satu cinta dihati
Ku Kira Kau Mencintaiku


“Aku kira kau mencintaiku, ternyata persepsi-ku salah selama ini menilaimu”

Pagi itu tampak mendung, tak ada cahaya dari matahari sama sekali. Rasanya aku tak mau berangkat sekolah pagi ini. Hawa yang dingin membuat rasa males berlebihan. Tapi apa boleh buat, namanya seorang pelajar harusnya pergi sekolah bukan tidur-tiduran di kasur. Ku percepat langkahku untuk ke kamar mandi, lalu menyiapkan buku dan segera pergi.
Kulajukan motorku dengan kecepatan minim. Masih terlalu pagi jadi santai aja, kendaraan pun belum terlalu banyak dan tidak terlalu memenuhi jalanan. Disamping aku sibuk mengendarai motorku, aku juga menikmati segarnya angin pagi hari dan menghirup bau yang khas sehabis hujan semalam.
Sampai di sekolah. Kuparkirkan motorku, kulihat baru sedikit motor yang ada. Aku terlalu kepagian, kulangkahkan kaki ku ke dalam kelas. Kursi masih berada di atas meja semua. Kubalikkan kursiku dan duduk di atasnya. Ku letakkan tasku di atas meja dan kuraba kolong mejaku. Terasa ada sesuatu, lalu kuambil benda itu. Ada sebuah kertas berwarna biru muda. Sebenarnya ingin kubuang, tapi aku penasaran ingin mengetahui isi kertas itu.
Kubuka perlahan. Dan tertuliskan
“Ku tunggu kau di taman belakang pulang sekolah nanti -Kelvin.”
Aku masih bingung, apa perintah itu untukku atau untuk orang lain? Entahlah, aku tak ingin banyak memikirkan hal itu nanti seketika ia berangkat akan kutanyakan padanya mengenai isi kertas yang kubaca.
Kelvin datang. Ia duduk di tempatnya. Ya, aku dan dia satu kelas. Ketika aku ingin menghampirinya, dia sudah menghampiriku lebih dulu. Tanpa menyapa ia langsung menanyakannya.
“Udah dibaca kan suratnya? Padahal aku kasihnya kemarin, malah gak kamu baca” lalu duduk di kursi depanku
“Udah kok. Hehe maaf mungkin aku gak tau. Jadi udah gak berlaku nih perintahnya?”
“Eeh… masih dong. Nanti pulang sekolah aku tunggu. Udah dulu yaaa… bye” ia segera lari keluar kelas.
Bel berbunyi. Tanda waktu pelajaran hari ini berakhir. Ku angkat kursiku di atas meja dan keluar dari kelas. Sampai di parkiran, aku baru ingat jika ada janji untuk bertemu Kelvin di taman belakang setelah pulang sekolah. Setelah sampai di taman. Kulihat tak ada satu pun orang disana dan tiba tiba…
“Baaa…” Kelvin tiba-tiba muncul di hadapanku, refleks aku kaget.
“Ahh Kelvinnn..” kupukul manja lengannya.
“Hehe maaf yaa, abis kutunggu lama sih” sembari memegang tanganku.
Aku dan Kelvin duduk di kursi itu. Kursi yang dulu pertama kali ketika aku baru mengenalnya.
“Oh ya kamu kenapa suruh aku kesini, Vin?” kupandang dirinya.
“Ini aku mau bilang, sebenernya aku seneng banget kalau ada di deket kamu. Gak tau kenapa, nyaman aja gitu”
“Terus gimana?”
“Gak gimana-gimana, hehe. Kamu juga gemesin, baik, cantik lagi anaknya, gak gampang marah juga. Pokoknya beda sama yang lain”
“Hehe makasih loh ya”
“Iya, eh aku boleh pulang bareng sama kamu gak?”
“Lah motor kamu?”
“Tadi aku dianter sekolahnya”
“Oh gitu, oke deh”
Kunaiki motorku. Kali ini dia yang mengendarai, bukan aku. Kunikmati dinginnya angin, yah walau panas terik matahari pun sedikit menyengat. Sangat pelan sekali Kelvin mengendarai motorku.
“Vin, kok pelan sih naik motornya?” kataku sedikit berteriak
“Iya sekalian nikmatin nih, lagi seger banget anginnya”
Ia lanjut memperhatikan jalanan. Kulihat awan semakin gelap, bau khas air hujan telah tercium. Kurasa bentar lagi akan turun hujan. Yap!! Benar, hujan turun begitu deras. Rasa sakit ketika air hujan mengenai kulit tanganku. Kelvin lalu meng-gas kencang, aku kaget dan refleks memeluknya.
Diberhentikannya motorku di sebuah warung. Warung kecil mirip warteg di pinggiran jalan. Diparkirkan motornya. Aku turun dan bersandar di tembok warung itu. Perlahan kuatur nafasku. Aku terus saja tarik nafas ketika hujan muncul. Entah mengapa, ada keunikan tersendiri bagiku. Aku suka hujan, senang menghirup udaranya dan melihat airnya yang jatuh. Kulihat Kelvin sibuk dengan barang yang dibawanya. Dia menghampiriku.
“Kita tunggu disini dulu ya, hujannya mendadak banget”
“Iya Vin” jawabku singkat.
Hujan tambah begitu deras. Anginnya pun dingin, membuat bulu romaku berdiri. Seperti menggigil rasanya.
“Duhh pake gak bawa jas hujan sama jaket lagi. Kan dingin jadinya” keluhku dalam hati sambil mengusapkan kedua telapak tanganku. Kelvin melihat kejadian itu, ia langsung mengambil jaket yang sedang dipakainya dan memakaikannya padaku.
“Pake dulu aja”
“Kamunya?” aku melihatnya
“Aku gak papa kok, kan dingin banget ini. Nanti daripada masuk angin”
“Makasih ya..” balasku dengan senyuman.
Esoknya aku telat berangkat sekolah. Mungkin karena semalam kesibukan mengerjakan tugas yang diberikan guru fisika kemarin. Aku baru masuk ketika jam pelajaran kosong. Untung saja, kalau tidak aku sudah disuruh lari mengelilingi lapangan 20 kali sebesar istana merdeka itu sambil membawa kursi. Dan tahukah apa aku mampu melakukannya? Yang ada baru dua atau tiga putaran aku sudah pingsan.
Kulihat dari tadi perasaan nggak ada sama sekali batang hidungnya Kelvin. Kemana dia? Apa dia gak masuk gara-gara kemarin? Apa dia sakit? Atau dia telat. Banyak pertanyaan muncul dalam benakku. Setelah kuteliti, kata temannya. Kelvin sedang di ruang musik, latihan nyanyi dengan grup band-nya. Aku langsung saja menuju ruangan itu. Ketika ku buka, kulihat dia sedang bernyanyi dan memainkan gitarnya. Alunan nada yang begitu mellow dan suaranya yang lembut membuatku begitu memahami lirik demi liriknya.
Setelah selesai, ku tepukkan tanganku yang menandai bagus latihannya saat itu. Kelvin mendekati dengan senyum yang melekat di bibirnya.
“Sejak kapan kamu disini, Put?”
“Dari awal kamu mulai latihannya”
“Kok aku baru tau ya..”
“Kamu fokus sama nyanyi dan main gitarnya kali. Jadi gak tau aku dateng. Oh ya keren banget loh”
“Akunya atau…?”
“Yehh Ge-eR banget, lagu sama iringan musiknya dong..” kutepuk pelan lengan kirinya
“Hehe orangnya gak?”
“Gak lah..”
“Masa gak sih…” sembari mencolek daguku.
“Gak tau maksudnyaaa” aku meletkan lidahku.
Tiba-tiba tangannya meluncur di hidungku. Ditariknya hidungku sampai sakit. Ahh sakit rasanya. Di ruang itu menjadi saksi bahwa semenjak hari itu aku mulai menyukainya.
Hari-hari berikutnya pun kujalani bersamanya. Mulai dari bercanda dan tertawa bersama. Aku rasa, perasaan ini terus berkembang dan tak terkendalikan. Seringkali aku salah tingkah jika berhadapan dengannya. Bukan hanya itu juga, gombalan gombalan yang menjurus pun sering kulakukan untuknya. Bukan sekedar untuk merayu, tapi menyenangkan hatiku maupun hatinya. Kata demi kata keluar begitu saja. Sampai akhirnya aku baru mengetahui bahwa aku benar benar jatuh cinta kepadanya.
Malam minggu ini rencananya Kelvin mau dateng ke rumah. Katanya sih mau ngajak jalan. Mumpung akunya juga lagi gak ada kegiatan, aku iyakan saja. Setelah beberapa menit sehabis dandan. Suara klakson mobil mengundangku untuk cepat-cepat membukanya. Kudapati Kelvin berdiri dan senyum indahnya sudah mengawali perkataannya malam ini. Segera ku ambil tasku dan melaju ke sebuah restaurant langganannya.
Di dalam mobil aku tak banyak cakap dengannya. Begitu sampai dibukakan pintunya untukku, Aku bagaikan ratu malam itu. Kita juga begitu lahap menyantap Steak dan segelas coklat panasnya. Sampai saat ini tak ada pembicaraan yang menjurus untukku. Aku tak mengerti, kita berdua jadi diam-diaman. Setelah selesai dia pamit untuk pergi ke toilet. Aku hanya mengangguk. Ketika ia balik, dia baru mengajakku bicara.
“Put?”
“Apa Vin?”
“Kamu suka gak aku ajak makan disini? Sekali-kali juga kan, daripada di rumah doang”
“Suka kok, hehe iya bener tuh. Oh ya terima kasih loh sebelumnya udah diajak kesini”
“Iya sama-sama. Eh abis ini aku ada acara, dipanggil buat perform di Cafe Red. Kamu mau ikut?”
“Ehm boleh deh”
Kelvin lalu menarik tanganku dalam genggamannya. Hatiku bergerak cepat, ada rasa senang ketika hal itu terjadi. Rasa yang selama ini kupendam akhirnya bangkit dan berseri-seri entah kejadian di malam itu tak akan pernah kulupakan seumur hidupku. Walaupun aku belum mengetahui persis apakah kamu mencintaiku juga seperti aku mencintaimu.
Satu bulan berlalu, hubungan pertemanan kita semakin dekat. Tidak seperti layaknya sahabat tetapi lebih dari itu. Kata kata indah terucap begitu saja dari bibirmu maupun bibirku. Tahukah kamu? Rasaku yang selama ini kupendam terjawab sudah. Mungkin kamu juga mempunyai rasa yang sama sepertiku. Kita bagaikan dua pasangan tapi tak ada status hubungan, ada hanya hubungan persahabatan. Tetapi apakah sahabat seperti ini? Aku bingung dan juga senang. Akankah hubungan ini akan berakhir indah? Terlalu banyak yang kau berikan padaku selama ini. Dari hal kecil sampai yang besar. Mungkin ini kebahagiaan sementara, atau mungkin abadi. Aku tak mengerti, yang jelas aku benar-benar jatuh cinta padamu. Kuharap kau tahu ini.
Tepat hari ini 10 Januari. Hari ulang tahunku yang ke-17. Kuharap di ulang tahunku ada hal yang istimewa dan membuatku tak melupakannya seumur hidupku. Dan dengan adanya Kelvin di kehidupanku, kuharap dia bisa menggantikan Alm. Papah dan menjadi masa depanku kelak nanti, Amin. Aku persiapkan segalanya, masak makanan-makanan untuk perayaan nanti malam. Aku sungguh benar benar berharap, malam nanti begitu spesial walau tak begitu mewah.
Jam 20.00 tepat. Perayaan dimulai. Tapi belum kulihat adanya Kelvin di acara ini. Ingin aku mulai, namun Kelvin belum juga datang. Untuk mempersingkat waktu, aku buka perayaan ini.
“Tiup lilinnya, tiup lilinnya, tiup lilinnya sekarang juga, sekarang juga… yeeayy”
Kulihat Kelvin belum juga muncul.
“Eh make a wishnya dulu, Put..” sambung Eta.
Aku mengadahkan tangan dan berkata dalam hati
“Tuhan, di ulang tahunku ini aku mau yang terbaik. Kuharap Kelvin segera mengetahui perasaanku saat ini” kutiup lilinnya.
Teman-temanku bersorak gembira. Aku mulai mengambil pisau dan memotong kue pertama.
“Hayo, kuenya yang pertama buat siapa tuh? Dipastiin buat yang paling spesial yaa”
“Orangnya belum dateng…” kusingkirkan piringnya.
Tuhan sangat cepat mengabulkan doaku. Kelvin datang dan sekarang tepat di hadapanku.
“Selamat ulang tahun manis. Semoga dapet yang terbaik ya. Ini kadonya, maaf gak terlalu mahal tapi semoga bermanfaat” sembari memberi senyum indahnya.
“Iya makasih ya, ini buat kamu” kuberikan potongan kue pertama tadi.
“Kembali kasih ya” lalu mengambil kuenya.
Malam itu tak begitu mewah tapi kurasa indah. Indah karena adanya ciptaan Tuhan yang sangat memberikanku motivasi untuk menjadi lebih baik. Bisa mengembalikan ceriaku seperti dulu lagi, iya dialah Kelvin. Hanya dia yang mampu membuatku seperti ini. Kelvin datang menghampiriku. Apa dia tahu bahwa aku sedang memikirkannya. Tapi semua tidak seperti yang aku fikirkan. Kelvin datang bersama seorang gadis cantik di genggaman tangannya. Siapa gadis itu? Apa itu kakaknya? Atau pacarnya? Dadaku menyempit, sesak kurasa. Aku harap yang ia bawa itu bukan kekasihnya.
Kelvin menepuk pundakku.
“Put.”
Aku berbalik badan “Apa Vin?”
“Aku mau bilang sesuatu ke kamu. Aku harap kamu seneng dengernya” tangannya masih ada dalam genggaman gadis itu.
“Emang apa Vin?”
“Ini kenalin, dia Nadya pacar aku. Kenalin Nadya ini sahabatku yang paling cantik, yang pernah aku ceritain ke kamu”
DAMN! Kelvin, Nadya? Kelvin udah pacaran? Ini beneran atau mimpi sih? Masa cepet banget, kemarin baru Kelvin mesra-mesraan sama aku. Sekarang udah pacaran? Terus selama ini kata kata yang dia tujukan ke aku cuma sebatas teman aja? Nggak lebih? Terus kata kata manisnya buat aku cuma buat nyenengin hati aku doang? Aku segera meninggalkan mereka berdua.
Retak. Remuk. Hancur hatiku saat ini. Kelvin. Nadya. Pacaran. Ahh.. Kubanting pintu kamarku sekencang mungkin. Aku menangis begitu deras. Bagaimana tidak. 6 bulan lamanya aku telah bersama dengan Kelvin. Memang aku tak ada hubungan tapi dengan adanya Kelvin di hidupku. Aku bahagia, aku sangat nyaman bila bersamanya. Kenapa kau hancurkan kebahagianku, Tuhan? Kenapa kau izinkan Kelvin bersama Nadya. Dibandingkan dengan aku yang sangat mencintainya. Kenapa kau tak sempatkan aku singgah di hatinya? Kenapa kau hancurkan harapanku yang begitu kokoh dan lenyap begitu saja? Sakit Tuhan, sakit rasanya. Aku mencintainya sungguh, aku tak ingin yang lain. Aku ingin dia, Tuhan! Aku ingin Kelvin mewarnai kehidupanku lagi…
Semua itu. Hari ulang tahunku ke-17 hancur sudah. Kukira ada yang istimewa di malam itu. Tapi Tuhan tak berkehendak. Mungkin bagi Tuhan keistimewaannya terletak pada Kelvin dan Nadya. Iya, Tuhan begitu baik. Memberikan yang terbaik kepada Kelvin dan Nadya, bukan aku. Mungkin Tuhan tidak ingin aku disakiti Kelvin suatu saat nanti, maka ia berikan semua itu padaku. Walaupun sakit, susah kurasa untuk melupakan semuanya. Semua kejadian begitu sangat singkat. Ini adalah cobaan, cobaan dalam sebuah percintaan. Kita pun tak tahu, entah esok hari siapa yang akan pergi dan meninggalkan kita lebih dulu. Dan mungkin selama ini aku telah salah terhadap kelakuan Kelvin. Aku telah salah menilai persepsi Kelvin padaku. Apa aku terlalu berharap dan jadi seperti ini.
Kejadian itu membuatku sadar akan hal mencintai dan dicintai. Untuk itu berhati-hatilah dalam masalah ini. Apalagi jika kita menyukai sahabat kita sendiri. Proses untuk mencapai lebih awal dan tidak terjadi apa-apa tidak semudah yang kamu bayangkan. Banyak sekali tanjakan dan tikungan yang akan menghadang :)

1. Pantun jenaka
    Limau purut di tepi rawa,,
    Buah dilanting belum masak,
    Sakit perut sebab tertawa,,
    Melihat kucing duduk berbedak
    analisis : seseorang yang tertawa terbahak - bahak karena dia melihat kucing yang mukanya penuh dengan  bedak yang sedang duduk di bangku    ilustrasi : Toni tertawa terbahak - bahak karena kucing yang dia pelihara memakai bedak yang ada di depan kucing nya, san kucing itu duduk di depan teras rumah nya..

2. Pantun cinta
    Tepi kolam nanam jamur
    biji tomat numbuh pepaya
    Tiap malam susah tidur 
    masih teringat indah matanya .
    analisis : setiap malam tidak bisa tidur karena teringat keindahan mata nya disaat pertama kali bertemu
    ilustrasi : Romi tidak bisa tidur karena dia masih teringat keondahhan mata seoeang wanita yang dia temui tadi di tepi kolam renang disaat dia renang tadi pagi..

3. Pantun nasehat
    Di tepi kali saya menyinggah
    menghilang penat menaham jerat
    Orang tua jangan disanggah
    agar selamat dunia akhirat
    analisis : kita dilarang menyanggah orang tua kita selagi mereka masih hidup agar kita selamat di dunia dan di akhirat
    ilustrasi : Tomo anak yang patuh kepada kedua orang tua nya karena menurut nya itu perbuatan yang dosa, dan dia ingin selamat di dunia dan di akhirat.